Munivmotoblog – kembali lagi neh di oto talk, dimana penulis akan membagikan opini yang mungkin dapat diterima oleh sebagian pembaca dan juga dapat yidak sependapat. Fair aja.. setelah beberapa hari ini saya disinukan dengan urusan perizinan izin edar brand.. so saatnya malam ini kembali ke habbit hobi yaitu menulis.
Oke mas broooo kita akan berbicara mengenai siklus pemasaran di industri roda dua. Dimana disana ada yang namanya trend. Trend akan terbentuk dari prilaku konsumenya. Trend ini dibanhun sendiri oleh pabrikan dan mendapat respon baik oleh pasar. Seperi trendnya motor bebek ia sangat booming di era tahu 90 an san juga era 2000 awal. Kemdudian tren ini lambat laun tergeser oleh pasar motor metik dan sampai sekarang segmen ini trendnya masih saja on top market. Kemudian bagi yang muda dan ingin dilihat keren maka tahun 2007 sampai 2015 menjadi trend dimana penjualan motor batangan menjadi primadona. Jika sampean seusia saya pasti sampean pernah memiliki salah satu motor batangan seprti megapro primus, tiger atau vixion. Ya kan maz bro?
Namun trend motor batangan lambat laun akan mengalami kurva penurunan dan paling terasa pada awal tahun 2016 sampai sekarang. Penurunan ini juga tidak tanggung tanggung secara global marketnya turun 30 – 40 %. Hal ini bukan tanpa alasan karena ada optional motor metic bongsor dengan presyige lebih dari spprt batangan. Nah ketika pasar sudah menunjukan penurunan artinya trendnya menurun. Sooo… Pabrikan mau pakai cara apapun dan jurus marketing seperti apapun akan tetap stag penjualanya.
Seperti contoh analogi seperti kita mancing di sebuah kolam dan kita sudah tau dikolam itu hanya ada 20 ekor ikan, dan 20 ikan itu diperebutkan oleh 5 orang.. sooo… kalo dibuat sama rata maka masing masing masing pemancing hanya akan mendapatkan ikan 4. Apalagi pemancing itu nuew bie sooo dapat satu saja sudah sangat bagus. Kenapa enggak kita mancing di kolam yang memang disitu ikanya sudah banyak? Ikanya terus bertelur dan menetas. Yupss seperti inilah gambaran pasae sport batangan vs metik. Satunya kolam ikan nerisi 20 dan pasarnya stagnan dan satunya ikanya bisa ribuan dan akan tumbuh terus.
Pandangan sebagai industriawan (saya juga sehari hari bekerja di bidang industri consumer goods). Pilihan kita hanya dua mengikuti trend pasar yang sedang berkembang atau kekeuh main ditrend yang sudah menurun tersebut kemudian mati. Intinya kan hanya satu jualan dengan quantity lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Nah setiap pabrikan biasanya meniliki maksimum cost promosi untuk masing masing produk. Dimana ketika promosi ini di tujukan ke produk yang psarnya stagnan, maka hanya menghasilkan capek dan bakar bakar duit. Wong ikanya cuma 20 sedangkan biaya iklan bisa buat beli ikan 50.. ya toh….
So solusi konkrit fokus mengisi celah yang masih kosong dan memiliki niche market sendiri. Misal bikin skutik dengan kubikasi 200 cc dengan price 28 – 32 juta.. kemudian ikut andil di pasar yang sedang berkembang. Jor joran gak maslaag kalau sudah tau probability pasar didepan mata. Daripada jor joran buat branding produk yang pasarnya hanya sedikit. Mengikuti pasar akan lebih murah biayanya daripada meningkatkan penjualan di kurva pasar yang sudah stagnan.