R&D dan Trial Project Motor Terlalu Cepat, Apakah Konsumen jadi Kelinci Percobaan? 

Munivmotoblog – didalam dunia permotoran ada yang namanya R&D atau yang sering kita sebut research and development produk. Kemidian ada istilah kedua yang namanya trial atau sering kita sebut percobaan, diaman dalam sebuah standard quality pabrik ada berbeda kriteria (tergantung komitmen visi dan misi top management pabrik itu sendiri) trial yang dilakukan sebelum produk itu resmi diperkenalkan di media dan blogger kemudian direlease di pasaran. Sepertinya metode R&D dan trial ini sangat urgent dalam sebuah manufacture agar konsumen mendapatkan kepastian atas kualitas produk. 

Contoh sebuah R&D yang sekarang sedang digarap Yamaha adalah menjadikan basis engine N Max dengan 4 valve VVA ke Yamaha Aerox dan tidak menutup kemungkinan kedepan akan ada skutik Yamaha 125 cc dengan body dan basis engine dari N max yang udah terkenal powerfull dan nagihin untuk ukuran skutik 150 cc. Kemudian project Honda PCX lokal dengan basis engine daei Vario 150 dan Vario sendiri basis engine nya dari PCX Vietnam. Kemudian untuk sektor sport dan adventure Honda sangat berani mencakokan basis engine dari Honda Verza ke dalam Honda CRF150 mereka. Dimana padahal peruntukan kedua motor tidaklah sama. Ada switching R&D yang menurut kacamata saya kurang tepat dimana motor dengan base habbit adventure dengan base habbit motor sport 150 cc entry level. Disini ada durability yang nantinya sedikit banyak akan menjadikan konsumen untuk berfikir duakali dalam mempercayakan Honda CRF150 untuk medan trabas alasnya. 

Om BC neh ko honda mulu yang dukritisi? Oke di Yamaha juga pernah melakukan R&D yang salah pada penggunaan pmbakaran YMJET-FI pada generasi Mio J tahun 2010 – 2013 (mohon koreksi tahun jika saya salah). Problemnya tarikan bawah ngendet karena supply udara didapatkan dari keong yang sempit dan tidak sesuai dengan pengapian. Namun dari hal itu Yamaha berbenah ia suntik mati sistem pembakaran YMJETFI dan di ganti dengan injeksi biasa plus ranfkaian perhitungan tecnology bluecore. Namun Yamaha masih tertilong karena case ini hanya terjadi di segmen skutik entru lvelnya. Dengan artian harga yang dikeluarkan dengan molornya gas masih dimaklumi. Konsumen dikelas ini juga bukan paling kritis karena motor untuk dipakai keseharian bukan untuk dinikmati performanya. 

Namun semenjak era effisiensi luar biasa disektor Industry roda dua dengan dalih agar harga motor kompetitif, kontrol dari motor motor yang projectnya kejar SKS (Sistem Kebut Semalam), menjadikanya lahir scara premature. Motor yang seharusnya masih dalam siklus plant sudah beredar dipasaran. Artinya ketika kita ibaratkan dalam siklus kehamilan manusia motor ini dipaksa lahir duluan demi kejar momentum waktu yang pas (tanggal dan bulanya harus sesuai strategy marketing). Yang artinya counter attack pemberitaan media dengan tujuan agar calon konsumen kompetitor spending dengan uangnya sehingga dengan praktik ini market share kompetitor akan turun. Praktek seperti ini sampean bisa lihat dibanyak induatry roda dua dan anda bisa note sendiri pabrik mana yang sering melakukan strategy ini. 

Hukum sebab akibat. Dengan adanya launching produk yang tergesa gesa. Baik secara R&D kurang matang dan trial yang ala kadarnya. Makanya jangan heran ketika sekarang banyak sekali motor yang baru keluar dari pabrik sudah mengalami kerusakan baik itu kerusakan dengan skala kecil (minor) maupun kerusakan dengan skala besar (major) misal turun mesin. Dengan catatan banyaknya pemberitaan yang dialami konsumen mengenai motor ini. Baik secara normal pemakaian maupun kejadian normality menerhang jalanan Indonesia. 

Apakah ini yang disebut kemunduran otomotif? Tinggal darimana kita duduk, jika saya ditanya seperti ini, maka saya bilang IYA. . Kenapa iya? Karena dengan duduk dengan manis dan juga kekuatan dana yang besar dalam mendriver sebuah pemberitaan. Maka posisinya sekarang sudah diatas angin. Artinya issue yang seharusnya ditanggapi serius, jadinya ya anggaplah satu defect yang wajar dalam hal quality. Ada juga yang bilang itu wajar, iya kita hormati pandangan itu.. karena didunia blogging yang drive blog kita sendiri. Kualitas tulisan juga sangat erat ke bloggernya juga. 

So…. Apakah dengan R&D dan proses trial yang seadanya, kemudian konsumenya menjadi kelinci percobaan? Bisa Iya bisa Tidak.. Iya dalam artian ketika top management nya berfikiran bahwa “jual dulu nanti kalau ada komplain kan kita sudah punya strategi dengan dana yang kita miliki dan juga pasukan perang yang sudah siap dilepas suatu saat. Bisa tidak ketika para top managementnya berfikir dana R&D & trial besar jadi produk yang dikeluarkan harus benar benar sesuai standatd dan kualitas yang ditentukan. Kalaupun ada komplain dan juga case yang terbukti kesalahan kita. Maka kita akan lakukan recall… Kepercayaan konsumen merupakan tujuan akhir kita.. kalau disuruh milih gw lebih demen pola fikir management yang kedua..

Sooo…. Bayangkan industry otomotif yang perputaran duitnya triliunan pertahun secara standard quality management jauh lebih risk dibanding industry makanan dan minuman yang perputaran duitnya hanya separo bahkan gak ada 10%nya. Kita tanpa ada koar koar media hanya telfon dari konsumen dan setelah kita analisa ko kesalahan produksi “langsung tarik peredaran daripasar (recall)”. Karena urusanya kesehatan. Kalau motor nyawa ko masih main2 ya pabrikan di Indonesia… Weleh weleh.. oh iya kalau maz bro ads pandangan lain mengenai topik ini maka jangan sungkan2 tulis opolini dan juga pendapat kalian di kolom komentar ya.. see youu.

14 thoughts on “R&D dan Trial Project Motor Terlalu Cepat, Apakah Konsumen jadi Kelinci Percobaan? 

  1. Maka dari itu saya paling anti sm blog yang ngomong jazz jezz jozzz ke produk amplop terbesar nya padahal tau kalau mesin nya klotok2, rangka patah, lampu depan silau bukan main

    Like

    1. Lampu led sonic, cb150, variyem 110 sd 150…silau. Saya kalau ketemu motor diatas langsung hi beam… Biar sama2 ga lihat jalan. Apalagi warnae honda relatif putih agak biru… Silaunya puooll.

      Saya user vario 125 old hehe

      Like

    1. Bener mas endrik… Jadi atau tidaknya bisa kita lihat dari bagaimana sustainable quality yang sudah sampai ditangan konsumen dan juga bagaimana proses penyelesaianya. Apakah nunggu prosentase yang rusak mencapai 0,5% standard atas. Atau berani mengambil tindakan recal. Kita tunggu saja komitmenya..

      Like

Leave a comment